DokterSehat.Com – Salah satu penyakit yang hingga saat ini belum ada obatnya adalah HIV/AIDS. Penyakit ini menyebabkan penurunan daya tahan tubuh dan memudahkan terjadinya infeksi atau munculnya penyakit tertentu. Dengan tidak memiliki daya tahan tubuh, risiko mengalami kematian akan besar.
Nah, kalau seseorang mengidap HIV/AIDS, bagaimana ekspektasi hidupnya? Apakah orang tersebut akan langsung divonis umurnya pendek atau ada kesempatan hidup yang jauh lebih panjang?
Harapan hidup penderita HIV
Sekitar 20-25 tahun yang lalu angka harapan hidup dari penderita HIV mungkin sangat rendah. Bahkan, ada yang menganggap kalau terkena HIV sudah pasti berkurang umurnya dalam jumlah banyak. Dari penelitian yang dilakukan pada tahun 1996 angka harapan hidup dari penderita HIV di usia 20-an tahun hanya sampai maksimal 39 tahun.
Pada tahun 2011, penelitian dilakukan lagi dan angka harapan hidup bisa mencapai 70-an tahun. Dengan angka harapan hidup ini, seorang dengan HIV positif bisa hidup layaknya manusia normal pada umumnya. Hanya saja, mereka membutuhkan antiretroviral untuk menekan perkembangan virus di dalam tubuh.
Penelitian lain yang dipublikasi pada tahun 2012 silam juga menunjukkan kalau angka komplikasi dan kematian dari HIV semakin turun. Pada tahun 1988-1995, rerata angka kematian atau mortalitas sekitar 78 persen. Selanjutnya pada tahun 2005-2009 angka ini anjlok hingga hanya menjadi 15 persen. Dari angka ini terlihat kalau perkembangan teknologi penanganan HIV sudah semakin maju.
Manfaat pengobatan HIV
Saat ini ada lebih dari 30 juta orang di seluruh dunia mengidap HIV dan jumlahnya terus bertambah setiap tahunnya. Dalam setahun pun ada sekitar 1 juta lebih orang dengan 10 persen di antaranya anak-anak meninggal akibat HIV yang sudah berubah ke AIDS dan menyebabkan perubahan pada fungsi tubuh.
Rata-rata mereka yang meninggal atau terlambat ditangani adalah orang yang tidak mengetahui status HIV tubuhnya. Selain itu, HIV juga masih dianggap tabu sehingga penanganan seperti pemberian antiretroviral sangat bermanfaat untuk menekan jumlah virus di dalam tubuh sehingga fungsinya tidak mengalami penurunan.
Penderita HIV membutuhkan obat dengan jenis antiretroviral. Obat ini sendiri terdiri dari beberapa jenis yang meliputi non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors, nucleoside reverse transcriptase inhibitors, protease inhibitors, entry inhibitors, dan integrase inhibitors.
Dengan menggunakan obat jenis antiretroviral, kemungkinan terjadi masalah pada tubuh akan menurun. Virus yang terus berkembang menjadi banyak bisa ditekan. Akhirnya, tubuh bisa bertahan dan kondisi AIDS atau HIV stadium 3 yang merusak sistem imun tubuh tidak terjadi.
Efek samping pengobatan HIV
Meski sudah mendapatkan penanganan, tubuh tetap akan bereaksi dengan kondisi HIV dan juga obat untuk menanganinya. Obat jenis antiretroviral termasuk obat yang cukup kerap, mengonsumsinya tetap akan memberikan efek samping pada tubuh meski setiap orang akan mengalaminya berbeda-beda. Secara umum, efek yang akan didapatkan meliputi:
- Penuaan dini pada tubuh akan berjalan dengan cepat. Seorang dengan HIV akan memiliki wajah lebih tua dan beberapa organ tubuhnya akan susah menjalankan fungsinya dengan maksimal.
- Penurunan kemampuan kognitif pada mereka yang sudah tua atau kondisi tubuhnya tidak terjaga dengan baik.
- Inflamasi pada tubuh yang terjadi pada organ vital. Inflamasi ini bisa menjurus ke komplikasi dan berbahaya. Oleh karena itu sebulan sekali seorang penderita HIV harus memeriksakan kesehatannya.
- Munculnya kanker pada anggota atau organ tubuh tertentu. Munculnya kanker akan berjalan lama dan perlahan-lahan.
Bagaimana kalau HIV tidak mendapatkan pengobatan?
HIV memang sangat berbahaya pada tubuh dan bisa menyebabkan masalah berupa komplikasi. Namun, pemberian antiretroviral bisa membuat tubuh menjadi lebih sehat dan menekan virus yang ada di dalam tubuh dengan kuat. Seorang penderita HIV masih bisa hidup seperti biasa untuk berolahraga hingga bekerja.
Kalau tidak ada penanganan serius atau karena seseorang tidak menyadari sudah terkena HIV, mereka bisa mengalami stadium 3. Nah, kalau sudah sampai pada tahap ini kondisi AIDS akan muncul. Daya tahan tubuh akan mudah anjlok dan penyakit kronis seperti kanker dan inflamasi organ lain akan terjadi.
Kalau sudah pada tahap AIDS ini penyembuhan akan susah dilakukan. Pasalnya penyakit apa pun mudah sekali masuk ke dalam tubuh seperti TBC, gangguan paru, herpes, dan infeksi kronis lainnya.
Seks penderita HIV dan peluang memiliki anak
Apakah penderita HIV sudah pasti kehilangan kehidupan seksualnya
Jawabannya adalah tidak, seks tetap bisa dilakukan, tapi harus dengan pengamanan ganda. Misal seorang wanita berhubungan seks dengan pria dengan HIV. Pria harus menggunakan kondom saat bercinta. Selain itu wanita juga harus mengonsumsi obat berjenis PrEP.
Adanya perpaduan dua hal di atas, kemungkinan terjadi penularan HIV akan semakin rendah. Selanjutnya kalau menginginkan kehamilan, PrEP juga harus dikonsumsi khususnya pada wanita yang tidak memiliki HIV dan suaminya positif. Dengan PrEP dan perpaduan obat lain kemungkinan bayi lahir dengan HIV akan rendah. Bahkan menurut CDC kemungkinannya hanya 1 persen saja.
Selalu lakuan konsultasi dengan dokter kalau sudah berhubungan dengan seks dan kehamilan dengan HIV. Dengan begitu, cara terbaik akan diberikan agar semuanya aman dari awal sampai akhir.
Inilah ulasan tentang ekspektasi atau harapan hidup pada penderita HIV/AIDS. Nah, setelah mengetahui hal di atas, kita bisa mengetahui kalau mereka masih bisa hidup, bahkan hingga puluhan tahun. Asal obat yang diberikan dikonsumsi secara rutin, tubuh akan tetap sehat dan virus tidak akan bekerja untuk melemahkan tubuh.
Oh, ya, meski HIV/AIDS bukan vonis mati, kita tetap harus hati-hati ya dalam menjaga diri. Jangan sampai virus ini masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan masalah di kemudian hari.
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.
0 Comments